Tuesday, March 25, 2014

B.PENGETAHUAN

            Agustinus menekankan bahwa pengetahuan akan kebenaran harus dicari, bukan melulu demi tujuan akademis, tetapi sebagai pembawa kebahagiaan dan kebijaksanaan sejati. Hanya orang bijak dan berpengetahuan bisa berbahagia dan kebijaksanaan mengendalikan pengetahuan akan kebenaran; tetapi tidak berarti bahwa spekulasi merupakan tujuan pada dirinya sendiri. Persoalan bagi Agustinus: “Bagaimana mungkin bahwa budi manusia yang terbatas dan berubah-ubah dapat mencapai pengetahuan mengenai kebenaran-kebenaran abadi , padahal kebenaran-kebenaran itu mengatur budi manusia. Dengan kata lain, transenden terhadap budi manusia?”                                                Agustinus menekankan bahwa kita dapat mengerti sekurang-kurangnya kepastian dari beberapa hal. Terhadap pada skeptik dia menyodorkan beberapa kepastian yang tidak dapat disangkel. Pertama, kepastian mengenai prinsip kontradiksi. Misalnya, dua pernyataan yang saling berlawanan harus hanya satu, kalau ada, saat ini hujan atau tidak hujan. Kedua, bahkan bila saya tertipu dengan mengira bahwa kenyataan selalu sama dengan yang kelihatan, sekurang-kurangnya saya pasti mengenai kesan subjektifku. Indera tidak menipu kita, bahkan seandainya kita menipu diri dengan mengatakan bahwa benda secara objektif selalu sama dengan yang kelihatan. Misalny, bayangan tongkat didalam air, bengkok? Ketiga, Setiap orang yang meragukan sesuatu tahu bahwa ia ragu-ragu, sehingga ia pasti bahwa ia ragu-ragu. Keempat, kita juga yakin bahwa kebenaran matematis tidak dapat disangkal, : tiga ditambah tujuh samadengan sepuluh.                                                Bagaimana mengenai kepastian berhubungan dengan eksistensi riil? Satu hal pokok yang tidak bisa dipungkiri adalah bahwa dirinya sendiri ada. Seandainya dia tidak berada, maka ia tidak dapat membuat kesalahan atau ragu-ragu mengenai kebenaran: Si Fallor. Kepastian menganai keberadaan ini erat dengan hidup dan pengertian. Kepastian menganai keberadaan sekaligus mengandaikan kepastian bahwa ia hidup. Tambahan lagi keyakinan akan keberadaan dan kehidupan hanya bisa dicapai jika dia mengerti. Maka setiap orang pasti yakin akan keberadaan, hidup dan pengertiannya.                                                                                                                                   

            Kepastian ini dicapai bukan melalui indera tetapi melalui pengalaman batin, melalui kesadaran diri. Mengenai hal-hal berjamad, Agustinus tidak terlalu merisaukannya. Karena minatnya terutama mengenai keterarahan jiwa kepada Allah, objek-objek berjasad baginya hanya merupakan titik tolak bagi gerak naik jiwa menuju Allah, meskipun didalam hal ini pun jiwa merupakan titik tolak yang lebih cocok : kita harus kembali ke dalam diri kita sendiri, dimana kebenaran badir , dan sebaiknya kita menggunakan jiwa, yakni gambar Allah, sebagai titik tolak menuju kepadanya. Meskipun demikian, Agustinus juga menekankan “kepercayaan” kepada kesaksian indera, sebagaimana kita juga mempercayai kesaksian orang lain. Tetapi juga perlu dicatat bahwa kata “percaya” oleh Agustinus “dipertentangkan” dengan pengetahuan batin yang lebih pasti da dapat diandalkan.        Karena pengaruh Platonisme, minat dan pandangan rohaninya, Agustinus berpendapat bahwa benda-benda berjasad bukanlah objek yang tepat bagi pengetahuan, karena sifat mereka yang berubah-ubah, dan pengetahuan kita mengenai mereka tergantung pada organ-organ inderawi yang juga berubah-ubah. Agustinus membedakan taraf pengetahuan. Taraf terendah adalah pengetahuan inderawi, yang ditemukan dalam manusia atau bintang. Taraf tertinggi, yang khas dimiliki manusia, adalah kontemplasi mengenai hal-hal abadi tanpa campur tangan indera. Pengetahuan pada taraf ini hanya terjadi pada manusia, dan tidak terjadi pada hewan, tetapi pengetahuan ini melibatkan penggunaan panca indera dan berkaitan dengan objek-objek berjasad. Maka tarafnya lebih rendah dari pengetahuan yang dihasilkan oleh kontemplasi akan objek-objek abadi dan tidak berjasad.

3 comments:

  1. Setelah saya membaca dengan seksama, saya berpendapat bahwa kepastian di dapat bukan melalui indera, tetapi melalui pengalaman batin dan kesadaran diri. Ada 2 taraf pengetahuan menurut Agustinus, yaitu : Taraf terendah adalah pengetahuan inderawi dan taraf tertinggi adalah kekhas-an yang dimiliki oleh manusia.

    ReplyDelete
  2. Setelah membaca postingan ini, saya dapat memetik pelajaran yaitu kita harus mencari pengetahuan akan kebenaran, dengan demikian akan timbul kebijaksanaan dan juga kebahagian. Cheers!

    ReplyDelete
  3. kebenaran dapat di ungkapkan bukan hanya dengan ilmu pengetahuan, pentingnya juga pengetahuan dari pengalaman batiniah, dan di refleksikan dalam kehidupan

    ReplyDelete